Kali ini saya akan memberikan sebuah makalah nih, sesuai dengan judul postingan, isi dari makalah ini adalah tentang Menganalisis Cerpen Yang Berjudul Dingin karya Ikin Syamsudin Adeani. Yang sedang menempuh kuliah di UNIVERSITAS UNIGAL CIAMIS dan mengambil jurusan Bahasa Indonesia pasti tidak akan asing lagi dengan Cerpen yang satu ini :D .
Yo, tanpa basa-basi lagi silahkan simak gan..... :)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Cerpen adalah salah satu jenis karya sastra berbentuk
prosa dengan kisah yang pendek dengan kesan tunggal dan terpusat pada satu
tokoh dalam suatu situasi. Cerpen terbangun dari dua unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik. Unsur intrinsik cerpen meliputi, tema, amanat, latar (setting).
Sudut pandang (point of view), tokoh dan penokohan, diksi / pilihan kata / gaya
bahasa, dsb. Sedangkan unsur ekstrinsik cerpen meliputi nilai sosial, politik,
biografi pengarang dsb.
Banyak hal yang terkandung dalam cerpen, di dalam cerpen
terdapat watak tokoh cerpen, amanat, serta sejumlah permasalahan yang
dihadapi tokoh cerpen merupakan potret kehidupan nyata disajikan oleh pengarang
melalui cerita. Itu berarti, dengan mengapresiasi cerpen, kita akan mendapat
banyak pengalaman hidup, termasuk nilai positif watak di dalamnya.
Mengapresiasikan cerpern ada banyak sekali macamnya,
salah satunya yaitu dengan cara menganalisis unsur pembangunnya, baik itu unsur
intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Berdasarkan uraian diatas, pemulis akan
menyusun makalah yang berjudul “Menganalisis Unsur Intrinsik Cerpen Yang
Berjudul Dingin“.
1.2
Perumusan Masalah
1. Bagaimana
tokoh dan penokohan tokoh utama cerpen, “ Dingin “ ?
2. Apa
amanat yang terkandung dalam cerpen “ Dingin “ ?
1.3
Tujuan Penulisan Makalah
Penulis
ingin supaya pembaca mengerti dan paham bagaimana menganalisis sebuah cerpen
yang baik dan benar.
1.4
Kegunaan/Manfaat penulisan makalah
Manfaat
yang dapat diambil pembaca setelah membaca makalah ini adalah pembaca dapat
paham tentang bagaimana menganalisis sebuah cerpen dengan menggunakan unsur
Intrinsik.
BAB 2
KAJIAN TEORI
Menurut
Nurgiyantoro dalam bukunya Pengkajian Prosa Fiksi unsur-unsur intrinsik ialah
unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang
menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual
akan dijumpaijika orang membaca karya sastra. Unsur-unsur intrinsik tersebut
antara lain sebagai berikut.
2.1.Tema
cerita
Tema merupakan gagasan dasar umum yang
menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai stuktur
semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.
Tema disaring dari motif- motif yang terdapat
dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa,
konflik, dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat
"mengikat" kehadiran atau ketidak hadiran peristiwa, konflik serta
situasi tertentu termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema menjadi
dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh
bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan
abstrak.
2.2.Alur Cerita
Sebuah cerpen menyajikan sebuah cerita kepada
pembacanya. Alur cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas
urutan atau hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin
berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab'akibat.
Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linear atau lurus maupun
secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat
dalam suatu prosa fiksi.
Lebih lanjut Stanton mengemukakan bahwa plot
ialah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan
terjadinya peristiwa yang lain. Plot ialah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan
dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun
peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan
bahwa alur cerila ialah jalinan peristiwa yang melatari sebuah prosa fiksi yang
dihubungkan secara sebab-akibat.
2.3.Penokohan
Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering
dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan,
atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian
yang hampir sama.
Tokoh cerita ialah orang-orang yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca
ditafsirlran memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang
diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan
ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita.
Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas
pengertiannya daripada tokoh atau penratakan, sebab penokohan sekaligus
mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana
penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan
gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik
perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
2.4.Latar
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa
atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh
pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Menurut Nadjid (2003:25)
latar ialah penempatan wahu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi.
Menurut Nurgiyantoro (2004:227-233) unsur
latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.
a. Latar
Tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang
dipergunakan mungkin berupa tempat- tempat dengan nama tertentu serta
inisialtertentu.
b. LatarWaktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah
“kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Masalah "kapan" tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu.
c.
Latar Sosial
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosialmasyarakat mencakup berbagai
masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup,
adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap.
Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang
bersangkutan.
2.5.
Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) merupakan
strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya
fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan.
Namun kesemuanya itu dalam karya fiksidisalurkan lewat sudut pandang tokoh,
lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara memandang tokoh-tokoh
cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan
untuk membedakan sudut pandang. Pertanyaan tersebut antara lain sebagai
berikut.
a.
Siapa yang berbicara kepada pembaca
(pengarang dalam percona ketiga atau pertama, salah satu pelaku dengan
"aku", atau sepertitak seorang pun)?
b.
Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas,
tepi, pusat, depan atau berganti)
c.
Saluran informagi apa yang dipergunakan
narator untuk menyampaikan ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikim, atau
persepsi pengarang, kata-kata, tindakan, pikiran, perasaan, atau persepsi
tokoh)?
d.
Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari
ceritanya (dekat, jauh, atau berganti-ganti)?
Selain
itu pembedaan sudut pandang juga dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu
kepada pembaca lebih bersifat penceritaan, telling, atau penunjukan, showing,
naratif atau dramatik. Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan berikut
berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang yaitu bentuk persona
tokoh cerita persona ketiga dan persona pertama.
a.
Sudut
pandang persona ketiga : "Dia"
Pengisahan
cerita yang menpergunakan sudut pandang persona ketiga gaya "Dia",
narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh
cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama
tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan
sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk
mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak. Sudut pandang
"dia" dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat
kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak,
pengarang, narator dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan tokoh "dia", jadi bersifat mahatahu, di lain pihak ia terikat,
mempunyai keterbatasan "pengertian" terhadap tokoh'dia" yang
diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.
b.
Sudut Pandang Persona Pertama :
"Aku"
Dalam
pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama (first
person point of view), 'aku". Jadi: gaya "aku", narator adalah
seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. la adalah si "aku'tokoh yang
berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau
tindakan, yang diketahui,dilihat, didengar, dialami dan dirasakan, serta
sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat
melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh
si "aku" tersebut.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode
Deskriptif
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti setatus sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu
sistempeikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskipsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Menurut Whintney (1960), metode deskriptif
adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif
mempelajarai masalah-masalah dalam masyarakat serta tatacara yang berlaku dalam
masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Dalam metode
deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu
sehingga merupakan suatu setudi komparatif . adakalanya peneliti mengadakan
klasifikasi, seerta penelitian terhadap fenomena-fenomena dengan menetapkan
suatu setandar atau suatu norma tertentu sehingga banyak ahli menamakan metode
deskriptif ini dengan nama survei normatif (normative survey). Dengan metode
deskriptif ini juga diselidiki kedudukan (status) fenomena atau factor dan
melihat hubungan antara satu factor dengan factor yang lain. Karenanya,
metode deskriptif juga dinamakan studi status (satus study).
Metode deskriptif juga ingin mempelajari
norma-norma atau setandar-setandar, sehingga penelitian deskriptif ini disebut
juga survey normative. Dalam metode deskriptif dapat diteliti masalah normative
bersama-sama dengan masalah setatus dan sekaligus membuat
perbandingan-perbandingan antar fenomena. Studi demikian dinamakan secara umum
sebagai studi atau penelitian deskriptif. Prespektif waktu yang dijangkau
dalam penelitian deskriptif , adalah waktu sekarang, atau sekurang-kurangnya
jangka waktu yang masih terjangkau dalam ingatan responden.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Sinopsis Dari Tokoh Utama
Dalam cerpen ini menceritakan seorang guru
perempuan yang tidak lulus portofolio hingga harus mengikuti PLPG yang
dilaksanakan di jayagiri kota Bandung. Guru tersebut mengikuti PLPG bersama
dengan suaminya yang juga senasib tidak lulus portofolio. Tapi saat di ruang makan,
suami dari guru perempuan tersebut sedang dikelilingi 3 perempuan. Lalu datang
teman sekamarnya yang berbadan besar dan mulai memanas-manasi guru tersebut
karena suaminya dikelilingi wanita-wanita. Tapi dengan penuh keteguhan hati,
dia tetap bersabar karena tidak ingin terjadi masalah dengan rumah tangganya.
4.2
Pembahasan
4.2.1.
Tema Cerita
Tema merupakan gagasan dasar umum yang
menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung didalam teks sebagai struktur
sistematis dan yang menyangkut persamaan- persamaan atau perbedaan – perbedaan.
Tema disaring dari motif-motif yang
terdapt dalam karya bersangkutan yang menetukan hadirnya peristiwa-peristiwa,
konflik dan situasi tertentu.
Cerpen ini menceritakan tentang kesabaran
seorang perempuan yang melihat suaminya sedang dikelilingi 3 orang perempuan
lain, tapi dia tetap bersabar. Terkandung pada paragraph ke - 6 dan 8.
4.2.2.
Alur
Alur cerita ialah peristiwa
yang jalin-menjain berdasar atas urutan atau hubungan tertentu. Sebuah
rangkaian peristiwa dapata terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan
kejadian, atau hubungan sebab-akibat.
Alur dalam cerpen ini
menggunakan alur maju, arah alur cerpen dibuktikan pada penggalan synopsis
berikut.
“ Sore ini terasa begitu
dingin. Dingin sekali. Bibir pun terasa mulai gemetaran. Getar-getarnya kutahan
lewar gigitan kecil sambil terus melangkah menuju ruang makan”.
. . .
“Tiada terasa senja
berganti jadi malam. Malam yang tak ada bulan. Malam yang tak ada bintang. Dan
sebelum kututup jendela kamarku, kusampaikan “Salam Sunyi” pada Sangkuriang
yang cintanya sama-sama tercampakan”.
4.2.3.
Tokoh/Penokohan
v
Aku berwatak
Ø
Penyabar, “Ya, Allah kuatkan hatiku jangan
sampai terjadi sesuatu yang tidak dikehendaki oleh semua pihak antara aku dan
suamiku di tempat ini”
v
Sang Suami berwatak
Ø
Seenaknya dan Acuh, “Tak ada senyuman. Tak
ada kata sepatahpun. Tanpa anggukan. Tanpa salam. Pandangannya dingin. Tak ada
gairah. Seperti merasa tak bersalah, malah merasa lebih gagah”.
v
Teman sekamar berwatak
Ø
Peduli, “Sampai hati ya, seorang suami
membiarkan istrinya sendirian ditempat yang sama”.
Ø
Memanas-manasi, “Dengan melihat gelagat suami
Ibu bercengkrama dengan wanita-wanita lain, apa hati tak terbakar? “.
4.2.4.
Latar / setting
v
Tempat
Ø
Jayagiri.
“Dinginnya Jayagiri terasa menusuk ruas-ruas tulang di
setiap bagian tubuhku”.
Ø
Ruang makan
“Langkahku rasanya semakin lamban, tetapi akhirnya aku
bisa sampai juga di ruang makan dan … “.
Ø
Kamar
“Sesampainya di kamar, ibu setengah baya tadi merebahkan
diri di tempat tidur”.
v
Waktu
Ø
Sore hari
“Sore ini terasa begitu dingin”.
Ø
Malam Hari
“Tiada terasa senja berganti jadi malam”.
4.2.5.
Sudut Pandang
Cerpen
ini mempunyai sudut pandang bahwa “orang pertama adalah pelaku utama.”
4.2.6.
Amanat
Ø
Dalam kondisi apapun kita harus tetap sabar
dalam menjalani hidup, baik dimanapun, kapanpun, dan kepada siapapun.
Ø
Jangan berprasangka buruk terlebih dahulu
terhadap seseorang, jika belum ada buktinya.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
1. Tokoh Utama adalah Aku yang mempunyai penokohan penyabar
dan
tidak mau berprasangka buruk
kepada seseorang.
2. Amanat
yang terkandung dalam cerpen adalah dalam kondisi apapun kita harus tetap sabar
dalam menjalani hidup, baik dimanapun, kapanpun, dan kepada siapapun dan jangan
berprasangka buruk terlebih dahulu terhadap seseorang, jika belum ada buktinya.
5.2 Saran
Penulis sarankan kepada pembaca agar:
1. Tingkatkan
terus kemauan untuk membaca, baik artikel, Koran, dsb
2. Lestarikan
budaya-budaya lokal jika ingin membuat suatu karya sastra, agar budaya kita
tidak akan hilang ditelan kebudayaan asing yang terus masuk ke dunia sastra
kita.
DAFTAR PUSTAKA
Adeani, Ikin Syamsudin.2011.Kumpulan Cerita Pendek KAMAR DALAM KAMAR.
Bandung:Batic Press
http://fix-net-medalem.blogspot.co.id/2013/05/analisis-unsur-intrinsik-cerpen.html